Kisah Pendekar Rajawali
(Tan Fung Wiek)
Pencipta Jurus Rajawali Perguruan
Tapak Suci Putera Muhammadiyah
adalah Pendekar Mohammad Anas.
Beliau adalah Warga Indonesia
keturunan Tionghoa yang tinggal di
daerah pasar baru Jakarta Pusat.
Tidak Semua anggota Tapak Suci
mengenal sosok beliau yang semasa
hidupnya memberikan waktu dalam
kesehariannya 60% Membina
Anggota Tapak Suci dan 40 %
Berwiraswasta (Usaha Percetakan
dan Sablon).
Tulisan ini semoga bisa menjadi
Referensi sekaligus Motivator untuk
memberikan yang terbaik untuk
Tapak Suci sebagai media Da'wah
Islam Amar ma'ruf nahi munkar.
Mohamad Anas dengan
Kecintaannya kepada Islam melalui
Tapak Suci menjadi seorang muslim
yang istiqomah walau harus
menanggung konsekwensi disisihkan
dari keluarga yang berbeda
keyakinan.
Sebelum kenal Tapak Suci dan masuk
Islam beliau memiliki nama asli Tan
Fung Wiek. Tan Fung Wiek dikenal
dengan sifat temperamennya yang
keras. Suka berantem di jalanan,
hingga ditakuti banyak preman di
Jakarta Pusat. orang yang memiliki
komitmen yang kuat.Apa yang telah
dia ucapkan adalah janji dan
pantang untuk tidak ditepati.
Didalam hatinya dia pernah
berjanji barang siapa yang bisa
mengalahkan dia (beradu ilmu silat)
maka dia akan tunduk pada orang
itu dan akan memanggilnya guru
pada orang tersebut.
Menurut riwayat, Ilmu Beladiri Tan
Fung Wiek begitu tinggi. Rekor
bertarungnya tercatat bahwa Tan
Fung wiek pernah menghajar preman
dan orang sekampung di pasar
Cikini.Gara-gara selisih paham
dengan warga setempat.
Dengan senjata menggunakan
senjata toya dan double stik Tan
Fung Wiek sering malang meilntang
menghajar orang.Ironisnya Saat itu
selain berilmu silat tinggi Tan Fung
Wiek dikenal sebagai
berandalan,pemabok,dan biang onar
yang membikin resah warga.
Menurut warga setempat Kehandalan
ilmu beladiri Tan Fung Wiek hampir
tak tertandingi.Dia mampu
melompati tembok setinggi 5 meter
dengan sekali loncat untuk
meloloskan diri.
Ilmu Beladiri Tan Fung Wiek konon
dia belajar ilmu beladiri berasal
dari perguruan Lo Ban teng.Konon
perguruan Lo Ban Teng lahir di
Tang-Ua-Bee-Kee,kota Cio-
bee,propinsi Hok-kian,Tiongkok
Tengah.
Pada tanggal 1 bulan keenam tahun
2437 (Masehi 1886),adalah ayah
dari Lo Siauw Gok,seorang sinshe
dan guru kung fu legendaris
Indonesia.
Ayahnya bernama Lo Ka Liong yang
memiliki toko arak "Kim Oen Hap",Ia
sendiri berasal dari Eng-
teng,sebuah kota lain dalam propinsi
Hok-kian Ban Teng yang
perawakannya kokoh-kekar
semenjak kecil, seorang anak yang
'nakal'.
Ketika Ia berusia kira-kira 17
tahun,ayahnya mengirimnya ke
Indonesia untuk tinggal di rumah
saudara misannya (chin-thong) di
kampung Selan,Semarang.Ban Teng
tidak kerasan dan hanya berdiam 7
bulan,Ia kembali ke Tiongkok.
Pada usia 19 tahun Ban Teng
dikawinkan ayahnya dengan seorang
gadis dari Eng-Teng bernama Lie
Hong Lan.
Dari perkawinan ini ia memperoleh
seorang puteri yang dinamakannya
Lo Lee Hoa.Ia juga mengangkat
seorang anak lelaki untuk
menyambung marganya dan
dinamakan Lo Siauw Eng.
Ayah dan Ibunya meninggal dunia
ketika Ban Teng berusia 23 tahun
Guru silat Ban Teng bernama Yoe
Tjoen Gan,seorang antara 5 murid
terbaik dari ahli silat Tjoa Giok
Beng dari Coan-ciu,pemimpin cabang
silat Siauw Lim Ho Yang Pay.Yoe
Tjoen Gan adalah seorang pembuat
bongpay.
Ia meninggal ketika Ban Teng
berusia 27 tahun dan mewarisan
kepada BanTeng sejilid buku resep-
resep obat dan sejilid buku tentang
ilmu silat Ho Yang Pay serta sebuah
ban pinggang dari kulit yang sampai
sekarang masih disimpan para ahli
waris Ban Teng).
Ban Teng juga dikenal dengan
julukan Pek Bin Kim Kong (Malaikat
berwajah putih).
Pek Bin Kim Kong Lo Ban Teng
datang kembali ke Semarang -
Indonesia di tahun 1927 saat ia
berusia kira-kira 41 tahun.
Ia mengajak seorang kemenakannya
Bernama Lim Tjoei Kang (belakangan
namanya juga terkenal dalam
kalangan kun-thao di Indonesia) yg
dititipkan pada Su-siok Lo Ban Teng
yaitu sin-she Sim Yang Tek di
Singapura (Sampai sekarang
terkenal dalam kalangan persilatan
disana).
Belum lama bermukim di Semarang
Ban Teng kecantol Go Bin Nio seorang
gadis yg ramah halus budi
bahasanya.
Kemudian nona ini menjadi nyonya
Lo yg kedua. Di Tiongkok Ban Teng
punya seorang istri dan seorang
anak perempuan bernama Lee Hwa.
Setahun kemudian lahir anak
pertama dan diberi nama Siauw
Hong.
Ban Teng bersembahyang kepada
arwah gurunya Yoe Tjoen Gan bahwa
anak pertamanya diberi marga
sesuai gurunya Yoe.Yoe Siauw Hong
kemudian hari diserahkan kepada
istri pertama Ban Teng di Tiongkok.
Lo Ban Teng dari istrinya Go Bin Nio
memiliki 12 anak tidak termasuk Lee
Hwa dan Siauw Eng .Anak ke 2 Lo
Siauw Gok (1931),ke3 Siauw Bok
(1934) ke 4 Siauw Tiauw.
Tahun 1938 Ban Teng pindah ke
Jakarta dan tinggal bersama sin she
Lo Boen Lioe (juga jago kun-thao) di
Kongsi Besar.anak ke 5 Siauw
Loan,ke 6 Siauw Gim,ke 7 Siauw
Tjoen,ke 8 Siauw Ling (1943),ke 9
Siauw Tjiok (1947),ke 10 Siauw Tjioe
(1949,ke 11 Siauw Koan (1952,ke 12
Siauw Nyo (1955).
Lo Ban Teng meninggal dunia pada
tanggal 27 Juli 1958 dalam usia 72
tahun. Lo Siauw Gok menjadi ahli
waris dan penerus kemahiran silat
dan pengobatan dari ayahnya.
Informasi terakhir sebagian anak
cucu Lo Ban Teng tinggal di
pinggiran Jakarta di perumahan
"Modernland" Tangerang.Suatu
ketika Tan Fung Wiek bertemu
Pendekar Besar Barie Irsjad di
Menteng Jakarta Pusat.
Entah bagaimana mulanya.Konon
diceritakan oleh salah satu murid
Tan Fung wiek pada penulis bahwa
kedua jago silat ini pernah beradu
kaweruh.Dan Tan Fung Wiek kalah
dengan orang dari Yogja itu.
Maka sesuai janjinya dalam hati
Tan Fung Wiek, jika ada orang bisa
mengalahkan dia maka dia akan
menganggap orang itu adalah
gurunya.
Akhirnya Tan Fung Wiek mengangkat
pendekar Besar Barie Irsjad sebagai
gurunya. Dan dia belajar dengan
pendekar barie Irsjad.Dan Tan Fung
Wiek pun diajarkan oleh Pedekar
Barie Irsjad mengenai Keimanan
dan Akhlaqul karimah.
Pendekar Barie Irsjad mengenalkan
Tan Fung Wiek tentang Al-Islam dan
kemuhammadiyahan dan
dikenalkannya dengan Tapak Suci.
Akhirnya Tan Fung Wiek pun belajar
keislaman dan Tapak Suci secara
langsung pada sumbernya.
Dan pada masa orientasi
berakhirnya latihan untuk
memperoleh gelar kependekarannya
Tan Fung Wiek harus menampilkan
Karya nyata sesuai tradisi
perguruan Tapak Suci.
Dan beliau menciptakan Jurus
Rajawali dan mendidikasikannya
sebagai sumber keilmuan Tapak Suci.
Jurus Rajawali diciptakan
mempunyai karakter yang
mengadopsi dari jurus jurus Lo Ban
Teng.Jika diperhatikan dan
dipelajari seksama maka Jurus ini
akan nampak seperti aliran Beladiri
WingChun.
Karena karakter Jurus ini dominan
di pertarungan jarak pendek dan
cenderung defensif dan memiliki
serangan yang sangat
mematikan.Jurus Rajawali
menggunakan penyaluran tenaga
dari pinggang yang diringi dengan
pernafasan.
Dengan demikian untuk mempelajari
Jurus Rajawali secara maksimal
maka seorang pesilat harus melatih
peyaluran tenaganya dengan metode
"kocokan". Istilah kocokan ini yang
dimaksud adalah suatu gerakan
seperti melempar benda berat secara
spontan namun lemparannya
ditahan di depan.
Sehingga menghasilkan gerakan
tubuh seperti tergoncang karena
menahan gaya sentripetal lemparan
yang dilepas. Gerakan kocokan tadi
selanjutnya bisa divariasikan
dengan menggunakan barbel khusus
yang disebut sosohan.
Selanjutnya pada puncaknya Tan
Fung Wiek memeluk agama Islam dan
mengganti namanya dengan sebutan
Mohammad Anas.
Semenjak memeluk agama Islam dan
masuk perguruan Tapak Suci Tan
Fung Wiek/Pendekar Anas
memperoleh cobaan baru lagi dari
keluarganya. Beliau ditentang
karena belajar silat dan masuk
Islam. Belia sempat dikucilkan oleh
keluarganya.
Karena dianggap telah menentang
adat keluarga. Sebagai orang
Tionghoa harusnya ia belajar
beladiri kungfu bukan Pencak Silat.
Dan tetap memeluk agama selain
Islam. Namun Pendekar Anas tetap
pada pendiriannya dengan
menerima segala konsekwensi.
Bahkan Pendekar Anas rela
menceraikan istri tercintanya demi
keyakinannya yang baru. hal itu
terjadi karena sang Istri tidak mau
memeluk agama Islam. Sungguh besar
pengorbanan beliau demi
mempertahankan sebuah keyakinan
agama Islamnya dan perguruan
Tapak Suci.
Dalam kiprahnya Pendekar Anas di
Tapak Suci telah banyak menelorkan
pesilat pesilat Tapak Suci yang
tangguh di Jakarta Pusat.